AYRASHOFIA

"Baiklah nduk, ternyata beratnya masalah yang kita hadapi kadang bukan karena beban yang kita tanggung, tapi kadangkala karena kita enggan melepasakan beban itu" gumam Rama sekenanya.

AYRASHOFIA

AYRASHOFIA

Ayra melipat mukanya dengan ekspresi cemberut. Bahkan pagi yang cerah tidak mampu mengubah wajahnya menjadi ceria. Suara penyiar radio di mobil bapaknya seolah ngomong sendirian tanpa teman, tak ada yang mendengarkan. Meskipun suara radio tidak terlalu keras namun memenuhi ruangan mobil. Si penyiar menyapa beberapa pendengar setianya, sampai pada satu nama yang juga disebut, Mbah Rama Kulonkali, adalah nama udara bapaknya Ayra. Nama udara adalah sebutan pendengar ketika penyiar radio menyapa. Rama adalah nama aslinya. Rama sedikit menyunggingkan senyuman demi mendengar namanya disebut. Dalam pikirannya kepingin rasanya membalas salam di radio, seperti biasanya ketika berangkat kantor sekaligus mengantar Ayra berangkat ke sekolah. SMP tempat Ayra belajar sejalan dengan kantor Rama. 
" Ayra, tolong dong ketik di HP Bapak, kirim ke radio. Bilang salam balik sekaligus pesen lagu" ujar Rama yang masih konsentrasi menyetir mobil. Sejenak berlalu namun Ayra tidak merespon seperti biasanya.
"Kenapa  Ayra?" tanya Rama demi melihat anaknya menitikkan air mata.
"Nggak papa", jawab Ayra ketus tanpa ekspresi.
"Kenapa nangis kalau nggak papa?"
"Emang nggak boleh nangis?"
"Sangat boleh, yang nggak boleh itu nangis tanpa alasan. Jadi apa alasanmu hingga nangis?"
"Bapak tahu nggak sih, Ayra baru sedih? Jadi, di sekolah Ayra harus duduk sebangku dengan anak difabel.... " keluh Ayra.
"Lalu apa masalahnya? Bukankah itu bagus?" sela bapaknya.
"Lhah...! Bapak jangan menyela, belum selesai ceritanya. Sebenarnya bukan itu masalahnya. Anak difabel ini memiliki kekurangan dalam hal mentalnya, jadi dia itu mengidap gangguan mental. Bagi Ayra itu sedikit mengganggu, tapi bukan itu juga masalahnya. Nah.. teman-teman sekelas tidak ada yang mau berteman dengannya. Semenjak Ayra satu meja dan akrab dengannya kemudian teman-teman Ayra menjauh dari Ayra juga. Bahkan setiap dibentuk  kelompok tugas jika ada anak tersebut teman-teman tidak mau. Sementara anak tersebut tidak mau pisah kelompok dengan Ayra" nada suara Ayra meninggi menandakan emosinya yang meledak, lalu menangis. Anak difabel itu bernama Asma, yang sedang dalam terapi mental dari psikiater.
Rama mulai berfikir, "Wah, permasalahan itu semakin kopleks rupanya". Memang benar Rama sudah beberapa kali mendengar cerita dari Ayra mengenai Asma. Katika Ayra kelas 8 belum satu kelas dengan Asma. Namun bukan berarti Ayra tidak memiliki masalah interaksi sosial. Ayra merasa sering diremehkan. Mungkin karena Ayra tinggal di desa sehingga merasa inferior, dan sebaliknya teman-temannya kebanyakan orang kota yang merasa diri lebih unggul dalam segala hal. Namun semenjak kelas 9 Ayra memutuskan untuk selalu duduk di bangku deretan paling depan. Inisiatifnya sendiri, sebab "Kalau duduk di depan ketika menjawab pertanyaan tidak didului siswa lainnya, dan dengan suara yang lirih pun Bu Guru bisa mendengar, dan ketika mejawab pertanyaan tidak lagi melihat teman-teman yang sering meremehkan" alasan Ayra. Di kelas 9 ini, bertemulah Ayra dengan Asma, karena teman sekelasnya tidak ada yang mau duduk sebangku dengan Asma. Maka Ayra duduk di deretan depan sebangku bersama Asma. Hampir setahun berlalu dan riak-riak persoalan antara Ayra dengan Asma mengalami fluktuasi, semua dapat dilalui walau dengan sedikit pengorbanan.
Setelah hampir satu tahun berlalu, kemudian muncul permasalahan yang cukup pelik saat ujian praktek akhir pada penghujung pembelajaran di SMP seperti yang diungkap Ayra kepada bapaknya pagi ini. Jika Ayra tidak mendapat kelompok maka tidak bisa ikut ujian. Adakah kelompok yang mau menerimanya jika Ayra harus membawa Asma? Meninggalkan Asma? Tidak bisa, jika ditinggal maka Asma tidak akan mendapat kelompok. Sementara Ayra satu-satunya teman bagi Asma, setidaknya begitulah anggapan teman-temannya.
"Gimana ini pak?" ujar Ayra masih dengan linangan air mata. Rama berfikir keras, belum menemukan jawaban yang tepat untuk solusi dari permasalahan Ayra. Sementara gerbang sekolah telah terlihat dan sebentar lagi Ayra harus masuk ke dalam sekolah, sedangkan masalah Ayra belum ada solusinya.
"Begini saja. Bagi sekolah Ayra adalah siswa yang memiliki hak dan kewajiban sama seperti siswa lainnya. Kehidupan Ayra sepenuhnya menjadi tanggungjawab bapak dan ketika di sekolah menjadi tanggung jawab bapak ibu guru untuk mendidikmu. Begitu pula siswa lainnya, semua memiliki kedudukan yang sama, termasuk Asma" entah Ayra mencerna kalimat itu seperti apa, namun Ayra bergegas turun dari mobil masuk ke gerbang sekolah setelah mengucapkan salam. Air matanya sudah dihapus. Rama memandangi putri kecilnya yang bersalaman dengan para guru di pintu gerbang. Tak terasa mata Rama hampir meleleh "Maafkan bapak, Nak" gumamnya lirih.
..
Sore tiba, setelah Rama melakukan presensi online kepulangan kantor bergegas menjemput putrinya. Ini hari selasa artinya Ayra les bahasa Inggris di sebuah tempat kursus. Ingin rasanya segera menemui anaknya, karena telah memiliki jawaban yang sangat cocok dengan situasi ini, pikir Rama. Baginya kalimat yang dilontarkan tadi pagi masih perlu penjelasan dan belum tentu anak seusia Ayra bisa memahaminya.
Nampak Ayra keluar dari tempat kursus dengan wajah yang ceria. Rama heran, kok bisa? Bukankah tadi pagi terurai air mata?
"Sudah aman pak" kata Ayra segera setelah menutup pintu mobil.
"Apanya?"
"Ayra sudah mendapat kelompok"
"Terus Asma?"
"Kata bapak, Asma bukan tanggung jawab Ayra" jawab Ayra pendek. Rama tersenyum mendengar jawaban putri kecilnya. Ayra menemukan solusinya sendiri, dan apa yang dilakukan Ayra justru lebih efektif dibanding dengan solusi yang dipikirkan oleh Rama yang lebih ruwet, melibatkan banyak orang, dan efektifitasnya juga tidak terukur.
"Baiklah nduk, ternyata beratnya masalah yang kita hadapi kadang bukan karena beban yang kita tanggung, tapi kadangkala karena kita enggan melepasakan beban itu" gumam Rama sekenanya.(mo)


Oleh : Mbah Atmo Kulonkali. 

What's Your Reaction?

like
2
dislike
0
love
1
funny
0
angry
0
sad
0
wow
2