AMELIA

Perjalanan hidup Amelia tidaklah ringan demi cita-cita yang diimpikannya. Dia harus hidup mandiri tanpa keistimewaan sosial karena orang tuanya bukanlah siap-siapa.

AMELIA

AMELIA

Amelia terduduk lemas di kursinya. Hari ini perjalanan hidupnya sungguh sangat melelahkan. Badan terasa lemas bukan saja karena aktifitas fisik yang menguras tenaga, namun yang lebih membuatnya kehilangan gairah hidup adalah pengalaman psikologisnya. Bayangkan saja perkuliahan yang telah dijalaninya dengan penuh kesungguhan harus berhadapan dengan permasalahan yang sebenarnya tidak perlu. 
"Proposal atas nama Saudari Amelia tidak saya temukan, hilang entah di mana"
Seperti disambar geledeg di siang hari, badannya lemas demi mendengar informasi yang diterima. Amelia adalah mahasiswi Kedokteran Umum semester akhir. Untuk keperluan penulisan skripsi dia memerlukan selembar surat dari rumah sakit yang disebut "etik". Dan siang tadi, proposal sebagai permohonan etik yang telah dua minggu diserahkan kepada admin Rumah Sakit ternyata hilang. Seketika pikirannya penuh sesak antara marah, putus asa, lelah, dan entah perasaan apalagi. Marah karena pihak admin yang tidak bertanggung jawab. Putus asa sebab target kelulusan yang semakin dekat, apalagi Amelia sudah mengabarkan jadwal akhir studi kepada orang tuanya. Lelah karena jauh dari orang tua dan semua dilakukan sendiri tanpa bantuan siapapun..! Mau menangis, tapi apalah gunanya. 
Perjuangan hidup Amelia tidaklah ringan, demi cita-cita yang diimpikan Amelia rela jauh dari orang tuanya. Orang tua Amelia tinggal di Jawa sementara Amelia merantau ke Sumatera. Dia harus berhemat, bahkan untuk libur semesteranpun harus berfikir seribu kali jika ingin pulang. "Berat diongkos" gumamnya setiap kali ada liburan. Orang tua Amelia adalah pegawai negeri sipil. Namun bukanlah pejabat yang bisa "minta tolong" kepada pejabat yang berkaitan dengan urusan Amelia, tidak seperti teman - temanya yang sebagai anak profesor, dosen, dokter atau pegawai di lingkungan kampus maupun rumah sakit yang memiliki privilege untuk itu. 
Hari selepas maghrib, sambil duduk di kasur dengan badan yang lelah dan pikiran yang masih belum menentu Amelia meraih HP. Dipandangi daftar nama kontak, ada sedikit keraguan untuk memencet videocall pada nomor orang tuanya. Bukan karena takut dimarahi, atau orang tuanya menyalahkannya, bukan itu. Amelia berfikir ulang apakah orang tuanya perlu ikut memikul beban ini? Bukankah orang tuanya sudah terlalu berat memikul beban demi cita-citanya? Namun kepada siapa lagi Amelia mencurahkan semuanya?
"Hallo bapak..... hallo ibu.... Assalamu alaikum" akhirnya Amelia menelepon ibu bapaknya yang terlihat sedang santai di meja makan.
"Walaikumsalam,  Amelia cantiik.... Sudah makan apa belum?" tanya ibunya sambil menyambar HP yang dipegang bapaknya.
"Ibu, Bapak, Amelia mau cerita nih.." kata Amelia dengan suara datar dan berusaha untuk terlihat tegar, "... jadi tadi pagi Amelia menghadap ke admin rumah sakit mau ambil etik. Dulu kata adminnya untuk urusan etik paling lama dua minggu sudah kelar. Karena sudah dua minggu maka tadi Amelia tanyakan ke admin. Kata admin masih di telaah oleh pejabat yang berwenang..." Amelia mulai tersendat menahan emosi. Bagaimana tidak emosi, dalam benaknya silih berganti muncul bayangan wajah sang admin, bapak, dan ibu secara bergantian. Menahan marah kepada admin, menahan emosi kasihan kepada bapak dan ibunya yang harus menanggung beban.
"Amelia yang sabar, tidak usah terlalu dipikirkan. Sekarang yang terpenting Amelia bisa membawa diri, jikapun berkomunikasi gunakan bahasa yang santun, hormati orang lain...." sela bapaknya karena Amelia terdiam tersendat.
"KALAU ITU AMELIA SEMUA SUDAH TAHU, PAK....!" sambar Amelia dari seberang, kali ini Amelia sudah tidak mampu lagi menahan air matanya. Nampak di vodeocall Amelia menangis sesenggukan, kini tidak sepatah katapun yang mampu diucapkan, hanyut dalam kepedihan. Lima menit berlalu, dengan videocall yang masih menyala terlihat Amelia sudah mulai reda, bapak ibunyapun tak mampu menatap Amelia. "Kasihan Amelia" gumam ibunya dengan suara sangat lirih... 
"Maaf ya pak, ibu... Bapak yang sabar ya. Sebenarnya yang membuat Amelia kecewa adalah proposal yang telah diterima oleh admin ternyata hilang entah kemana. Sekali lagi maaf ya pak, bu... Amelia tadi emosi menjawab telepon dengan tidak sopan", kini Amelia sudah bisa menguasai emosinya. Dia berfikir bahwa seburuk apapun pengalamannya tapi kehidupan harus tertap berjalan.
"Amelia, bapak dan ibu tentu tidak kecewa. Bapak dan ibu sungguh sangat bangga. Emosi sesaat adalah manusiawi, tidak apa-apa. Jika Amelia kecewa dan marah karena terancamnya target waktu kelulusan maka bapak punya pandangan tersendiri. Jadi kelulusan adalah hasil, sedangkan yang Amelia alami adalah proses. Amelia selama ini telah melakukan segala sesuatunya dengan tekun dan penuh kesungguhan maka Amelia pasti telah menemukan nilai kehidupan yang sangat berharga. Meski mungkin tidak kamu sadari. Nilai-nilai dalam kehidupan inilah nantinya yang sangat berguna dalam hidupmu. Berinteraksi sosial, belajar mengurai masalah, kemandirian, bertemu dengan bebagai macam karakter. Itu adalah pelajaran hidup yang sangat berarti" bapak menasihati.
"Sudah sekarang lakukan saja apa yang bisa dilakukan, urusan lainnya besuk lagi dipikirkan. Kejadian yang telah berlalu tidak bisa kita ubah, kejadian masa lalu diingat hanya untuk dijadikan pelajaran, bukan untuk disesali" ibu menambahkan.
Amelia berfikir betapa beruntunghidupnya memiliki bapak dan ibu seperti ini. Meskipun orang tuanya tidak memberikan keistimewaan sosial kepada dirinya ketika berurusan dengan kampus maupun rumah sakit namun orang tua Amelia memahami situasi yang dihadapinya. Seandainya Amelia adalah anak pejabat kampus atau rumah sakit yang memberikan privilege kepadanya tentu masalah semacam ini tidak akan dia temui. Namun jika Amelia tidak bertemu dengan masalah ini maka dia tidak mendapatkan kesempatan belajar arti perjuangan dan kemandirian.  
"Nggih pak, bu.... Amelia makan dulu ya, dari tadi nggak enak makan. Sekarang laparnya baru terasa" ujar Amelia yang sudah terlihat tenang.
"Ya. Amelia boleh lupa makan, tapi jangan lupa mandi ya....HA..HA..HA..." ledek bapak, ibu hanya tersenyum, dan Amelia pasang muka cemberut manja. (mo)

Oleh: Mbah Atmo Kulonkali
 


  

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
1
angry
0
sad
1
wow
0