MENDADAK BONUS DEMOGRAFI?
Banyaknya penduduk pada usia produktif atau bonus demografi tidak serta merta menjadi berkah bagi sebuah bangsa. Bonus Demografi bisa menjadi berkah namun bisa juga menjadi masalah.

Mendadak Bonus Demografi?
I. Pengertian-Pengertian.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata "bonus" memiliki arti upah tambahan diluar gaji atau upah sebagai hadiah atau perangsang, upah ekstra yang diberikan kepada karyawan. Sedangkan demografi menurut KBBI memiliki makna ilmu tentang susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk. Sedangkan Bonus Demografi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak dibanding dengan usia tidak produktif. Usia produktif diidentifikasikan antara usia 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
Sedangkan kata produktif menurut KBBI adalah bersifat atau mampu menghasilkan dalam jumlah besar. Dua kata kunci produktif adalah "menghasilkan dan jumlah besar". Dalam konteks produktifitas manusia, kata kunci "menghasilkan" sesuatu dalam jumlah "besar" adalah hal yang sangat relevan. Pada umumnya usia produktif tidak saja menanggung kebutuhannya sendiri, tapi ada keluarga yang harus ditanggungnya yaitu usia dibawahnya yang belum produktif dan usia diatasnya yang sudah tidak produktif lagi.
Di bidang pendidikan dikenal adanya Angka Partisipasi Murni (APM), yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur proporsi penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu. APM digunakan untuk mengetahui sejauh mana penduduk usia sekolah telah memanfaatkan fasilitas pendidikan pada jenjang tertentu. APM yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk usia sekolah telah bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai. APM penting untuk memantau kemajuan pendidikan dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dalam sistem pendidikan.
Sementara itu yang dimaksud dengan pengangguran terbuka adalah mencakup penduduk yang aktif mencari pekerjaan, kelompok penduduk yang sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, kelompok pendudk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mednapatkan pekerjaan, serta kelompok pendiuduk yamngtidakaktif mencaripekerjaan dengan alasan sudah memiliki pekerjaan tapi belum dimulai (BPS, Statistik Indonesia; 2024)
II Data
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 mencantumkan data bahwa penduduk Indonesia usia produktif tercatat sebanyak 175.694.900 jiwa, atau 62,39 % dari jumlah penduduk Indonesia yang 281 juta jiwa lebih. Dibidang pendidikan, angka partisipasi murni tahun 2023 tercatat masing-masing SD/MI/sederajat 97,89, SMP/MT/sederajat 81,35 dan untuk SMA/ MA/sederajat 62,53 (BPS, Statistik Indonesia; 2024).
Bicara pengangguran BPS mencatat angka pangangguran terbuka 5,32, sedangkan angka tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 69,48.
III.Pembahasan
Melihat data tersebut di atas maka penduduk dengan mayoritas berada pada usia produktif tidak secara otomatis menjadi berkah atau bonus bagi sebuah bangsa. Bisa jadi justru menjadi sebuah tantangan bagi kemajuan sebuah bangsa. Untuk itu agar komposisi penduduk dengan usia produktif mayoritas dapat menjadi berkah atau "bonus" maka beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah:
- Meningkatkan investasi pada bidang pendidikan yaitu meningkatkan kualitas pendidikan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan bagi penduduk usia produktif. Dengan angka APM Nasional pada tingkat SMA/MA/Sederajat baru mencapai 63,53 tentu masih perlu ditingkatkan. Mengingat kondisi saat ini generasi siap bekerja minimal berpendidikan SMA/MA/Sederajat. Apalagi lowongan pekerjaan di sektor formal biasanya menetapkan pendidikan terendah adalah lulus SMA/MA/Sederajat.
- Memperbanyak pelatihan kerja yang relevan dengan kebutuhan industri untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja. Hal ini untuk memfasilitasi bagi industri yang tidak memerlukan tenaga kerja dengan pendidikan tinggi namun membutuhkan keahlian di dalam menjalankan produksinya.
- Mengembangkan infrastruktur, seperti transportasi, komunikasi, dan energi, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Peran penting infrastruktur adalah fasilitasi dan dapat juga dianggap sebagai insentif bagi pelaku ekonomi di dalam mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.
- Menciptakan lapangan pekerjaan yang layak dan produktif untuk menyerap tenaga kerja yang meningkat. Sementara menurut angka statistik bahwa pada tahun 2023 angka pengangguran terbuka masih terdapat 5,32 persen, pertumbuhan ekonomi 5,1 persen sedangkan gini rasio 0,388. Meskipun secara langsung antara pengangguran, pertumbuhan ekonomi dan gini rasio sulit dihubungkan, namun dengan melihat angka-angka tersebut maka dapat disimpulkan bahwa angka pertumbuhan ekonomi masih perlu ditingkatkan setidaknya lebih dari 6 atau 7 persen agar senyampang dengan itu lapangan kerja semakin terbuka lebar. Namun sayang jika melihat perkembangan di awal tahun 2025 beberapa perusahaan besar mem-PHK karyawanya yang cukup besar misalnya PT. Sritex total mem-PHK sejumlah 10.669 karyawan, PT. Sanken sejumlah 459 karyawan, Yamaha total 1.100 karyawan dan beberapa perusahaan lainnya. (https://www.cnbcindonesia.com/news/20250308042851-4-616790/daftar-pabrik-di-ri-phk-besar-besaran-2025-ada-sritex-sampai-sanken). Hal ini menjadi tantangan terberat dalam menjadikan bonus demografi sebagai sebuah berkah.
Upaya-upaya tersebut di atas mestinya diusahakan dengan keras, agar bonus demografi dapat menjadi berkah yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan kualitas hidup masyarakat. Dan sebaliknya jika banyakanya usia produktif tersebut tidak dibarengi dengan kualitas sumber daya manusia serta tidak tersedianya lapangan kerja yang memadahi maka banus demografi tersebut justru akan menjadi beban ekonomi dan sosial seperti meningkatnya pengangguran, kemiskinan dan menurunnya kualitas kehidupan lainnya.
IV. Kesimpulan.
Dengan komposisi penduduk yang mayoritas usia produktif tidak serta merta disebut sebagai bonus demografi. Disebut bonus demografi jika pembangunan sumber daya manusia berjalan dengan baik, pembangunan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi, tersedianya lapangan kerja serta menurunnya gini rasio mencapai tingkatan rendah. (mo)
Oleh: Satriyatmo
What's Your Reaction?






