ANOMALI
Disarikan dari khutbah jum'at Abah Chotob pada Jum'at 11 Juli 2025 di Masjid Al Mansur Wonosobo

ANOMALI
Oleh: Satriyatmo
Tulisan ini disarikan dari Khutbah Jum’at oleh Dr. Muchotob Hamzah pada tanggal 11 Juli 2025 di Masjid Al-Mansur Wonosobo kemudian dikembangkan sesuai pemahaman penulis.
Telah tiba zaman Anomali, yaitu suatu keadaan yang menyimpang dari kondisi biasanya. Beberapa anomali yang sedang berlangsung pada saat ini tentu mempengaruhi kehidupan manusia pada umumnya. Karena anomali yang terjadi berada pada lingkungan kehidupan sehari-hari, yang tentu saja setiap manusia akan mengalami atau setidaknya terkena imbas dari anomali tersebut.
Pertama, anomali cuaca.
Pada umumnya perhitungan kalender musim bisa ditentukan dengan tepat, misalnya kapan waktu musim hujan dan kapan akan mengalami kekeringan disebabkan musim kemarau. Namun saat ini terkadang terjadi hujan pada musim kemarau dan sebaliknya. Sabagaimana yang disampaiakan oleh bmkg.go.id pada siaran pers tanggal 2 Juni 2025 bahwa di Jawa, banyak ZOM yang semula diprediksi mengalami awal musim pada April III – Mei I, kini bergeser menjadi Mei III – Juni I, dengan pergeseran 3-5 deserian khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Artinya bahwa kemarau datang terlambat, sehingga tahun ini musim kemarau akan lebih pendek. Selain itu pemanasan global juga semakin mengkhawatirkan. Sekarang telah dikonfirmasi bahwa pamanasan global telah melebihi 1,50 C selama periode 12 bulan antara Februari 2023 hingga Januari 2024. Hal ini menyebabkan tahun 2023 dinyatakan sebagai tahun terpanas dalam catatan sejarah. (Sumber: bbc.com/indonesia/articles; 10 Mei 2024). Bahkan Sekjen PBB, Antonio Getterez menggambarkan bahwa kondisi bumi sudah masuk tahab baru. Bukan lagi menghadapi “Globar Warming” melainkan “ Global Boiling” sebagaimana yang di muat pada detik.com pada Selasa, 14 Mei 2024. Anomali cuaca terbukti telah menyebabkan banjir yang lebih luas dan parah, angin puting beliung, perubahan pola tanam pada pertanian sehingga produktifitas menurun serta berbagai dampak negatif lainnya.
Kedua, anomali sosial budaya.
Yaitu keadaan menyimpang dari norma yang belaku di masyarakat yang tercipta dari proses sejarah, adat, agama serta kesepakatan sosial di suatu wilayah. Sebagai contoh bahwa di dalam masyarakat saat ini ada semacam prinsip “tidak menikah sebelum mapan” tentu yang dimaksud adalah mapan secara ekonomi. Sementara yang berlaku di masyarakat bahwa menikah tidak mensyaratkan mapan dalam tatanan yang berlaku pada sejarah, adat, agama maupun kesepakatan sosial. Bahkan secara normatif bahwa menikah dibatasi usia minimal, bukan kemapanan. Dari sisi kemandirian prinsi menikah setelah mapan adalah prinsip yang baik, namun prinsip ini juga mengandung dampak negatifnya, misalnya sek bebas, hamil diluar nikah, atau bahkan tidak menikah seumur hidupnya.
Ketiga, anomali tehnologi.
Artificial Intelligence (AI) adalah tehnologi terkini dan selalu dikembangkan di berbagai espek kehidupan. Mulai dari kedokteran, transportasi, otomotif, robot bahkan untuk membuat naskah analisa sebuah masalahpun menggunakan AI. Dengan munculnya AI tehnologi yang tadinya dianggap mutakhir menjadi tehnologi usang, terutama dalam hal pemikiran. Namun kemajuan tehnologi selalu diikuti dengan ideologi materialistik. Tehnologi AI mampu merangkai informasi-informasi, menganalisa, kemudian menyimpulkan. Namun tehnologi IA tidaklah memiliki perasaan. Tenologi AI tetaplah alat bantu bagi manusia, bisa menjadikan manusia semakin berkambang namun bisa menjadikan manusia mengalami pembusukan otak kerena tidak pernah digunakan berfikir dan hanya mengandalkan pemikiran AI.
Khutbah Abah Chotob dikhiri dengan sebuah hadist nabi “Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah bibit, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah”.
Untuk itu maka tetaplah berusaha lebih baik dan maslahat bagi umat meskipun kita tahu besuk adalah hari kiamat.(mo)
What's Your Reaction?






