MENCARI KESEJATIAN
Begitu pula ketika aku dibiarkan sendiri menahan sakit ini, itu bukan karena Dia sedang menikmati melihat penderitaanku, tapi Dia sedang mengajarkanku memanfaatkan keheningan untuk mencari kebenaran dalam muhasabah diri.

Mencari Kesejatian
Bergeliat mengembara merajut setiap helai membentuk suatu pola anyaman abstrak yang hanya dapat dipahami oleh kedalaman logika. Pikirku ini caraku mendefinisikan eksistensi keberadaanku. Agar orang – orang melihatku dan mengakui kualitas diriku. Berjalan kemudian berlari lau berjalan kembali aku mencoba tak berhenti melangkahkan kaki. Wujud nyata tekad besar agar dunia takjub melihat, anganku. Aku merasa dunia dalam genggamanku kini.
Waktu demi waktu berlalu begitu saja, kenyataan yang terjadi tak selalu seperti yang ada dalam imaji. Saat aku berada di atas sana, banyak orang tersenyum dan mendekatiku. Mereka mengelu – elukanku bak dewa, karena aku banyak memberi keuntungan untuk mereka, juga tanpa mereka sadari akupun dengan mudah mengendalikan mereka untuk kepentinganku. Tak lagi sama kini, ketika ototku tak lagi sekuat berpuluh tahun lalu demikian pula otakku tak lagi setajam dulu. Tak banyak lagi yang tersisa kini, dunia yang kucintai perlahan menjauhiku, orang - orang yang dulu mengaku setia sekarang meninggalkanku dengan berbagai alasan.
Awalnya, protes keras kulayangkan. Kekecewaan yang terasa kulampiaskan dengan hujatan, caci maki, dan sumpah serapah. Alangkah tidak adilnya semua yang terjadi padaku kini. Setelah semua waktu dan peluhku tercurah dulu, kenapa saat ini yang aku dapatkan kepiluan ini. Pernahku berfikir untuk sekalian saja kuakhiri semuanya, karena pikirku pil yang kutelan begitu pahit dan jalan yang kutapaki begitu gelap, apalagi pandanganku semakin rabun kini.
Suatu saat ketika nalarku hampir mati, sayup – sayup terdengar bisikan halus yang menggugah mati suriku. “bangunlah wahai jiwa, bangunlah”, ujarnya. Sontak seluruh tubuh ini bergetar hebat, keringat dingin keluar dari setiap pori – pori, detak jantung berdegub kencang, berkecamuk rasa takut gugup takjub yang tak terdefinisikan.
Berhari – hari aku renungkan mencari makna, sampai tiba masa dimana muncul keberanian dari hati ini untuk mencoba mencari tahu dan bertanya ke kedalaman hati. Saat mata ini terpejam dan tubuh ini sudah tak mampu lagi menahan penat. Dalam alam bawah sadarku suara itu mucul dan membertahukan siapa dia, yang tak lain adalah kesejatian hatiku yang selama ini aku lalaikan. Sejenak aku terlena akan keindahan dan kelembutan suara itu, tetapi sesaat dia berteriak agar aku segera bangun. Mata yang semula terasa berat terbuka dan badan yang terasa lelah seketika terasa seakan tersengat layaknya ada energi besar yang mengaliri seluruh pembuluh darahku.
Seiring berjalannya waktu, satu persatu jawaban atas pertanyaanku mulai terjawab. Mengapa dunia yang aku cintai dan aku perjuangkan meninggalkanku?. Mengapa orang – orang dekat yang mengelilingiku menjauhiku saat aku berada di momen terbaratku?. Bagiku ini pelajaran berhaga untukku, ketika Sang Maha menunjukkan kuasaNya, kita semua yang ada di jagad raya ini tak kuasa menahannya. Dia membuatku dijauhi dunia dan orang – orang tercinta, bukan karena Dia membenciku tapi agar aku tak merasa nyaman dengan semua itu agar aku kembali kepadaNya, berharap kepadaNya, dan menggantungkan harapanku hanya kepadaNya. Begitu pula ketika aku dibiarkan sendiri menahan sakit ini, itu bukan karena Dia sedang menikmati melihat penderitaanku, tapi Dia sedang mengajarkanku memanfaatkan keheningan untuk mencari kebenaran dalam muhasabah diri.
Sebagai penutup aku ingin megingatkan kepada kita semua bahwa, “kita tak harus mati – matian menggapai sesuatu yang akan kita tinggal mati, yaitu dunia. Jangan mengabaikan dunia, karena sesungguhnya referensi kita di akherat adalah amal kita di dunia, sekalipun surga dan neraka bergantung pada ridlo Allah SWT” (Gus Baha). (mo)
Oleh : Bang Soerya
What's Your Reaction?






